Monday, May 4, 2020

Menerbit buku di Penerbit mayor

Resume ke 19 belajar menulis online gelombang 8

Guru terbaik adalah pengalaman, hal inimenunnjukkan proses panjang yang di lewati dalam jangka waktu yang panjang untuk bisa mendapatkan hasilnya

Salah satu contohnya adalah mempelajari kisah suksesnya menulis di penerbit mayor bersama pak Ukim komarudin.

Pak Ukim pertama berpikir bahwa merupakan ekspresi pribadi dia saja. Oleh karena itu beliau merasa sangat penting agar memiliki tempat mencurahkan semua kegelisahan. Dan menemukan menulis adalah sarana  yang tepat. Dan dia tidak pernah kuatir, terkait dengan kualitas tulisannya, dan juga tidak peduli apa yang menjadi trens di masyarakat. Pokoknya menulis. Menulis adalah kebutuhan. Saya merasa menemukan lebih tentang "saya" dengan menulis. Demikian hal itu terus berjalan hingga jika tidak dilakukan seperti ada sesuatu yang hilang. Demikianlah saya menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya. Apa adanya.

Selain menulis apa saja, dia juga menulis tentang pelajaran, proposal, liputan kegiatan dimajalah, buku harian, setiap saat.

Guru terbaik adalah pengalaman, hal inimenunnjukkan proses panjang yang di lewati dalam jangka waktu yang panjang untuk bisa mendapatkan hasilnya.

Salah satu contohnya adalah mempelajari kisah suksesnya menulis di penerbit mayor bersama pak Ukim komarudin.

Pak Ukim pertama berpikir bahwa merupakan ekspresi pribadi dia saja. Oleh karena itu beliau merasa sangat penting agar memiliki tempat mencurahkan semua kegelisahan. Dan menemukan menulis adalah sarana  yang tepat. Dan dia tidak pernah kuatir, terkait dengan kualitas tulisannya, dan juga tidak peduli apa yang menjadi trens di masyarakat. Pokoknya menulis. Menulis adalah kebutuhan. Saya merasa menemukan lebih tentang "saya" dengan menulis. Demikian hal itu terus berjalan hingga jika tidak dilakukan seperti ada sesuatu yang hilang. Demikianlah saya menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya. Apa adanya.

Selain menulis apa saja, dia juga menulis tentang pelajaran, proposal, liputan kegiatan dimajalah, buku harian, setiap saat.


Saya banyak mendapatkan pelajaran menyangkut hal-hal yang tadinya tidak saya pikirkan. Pelajaran atau informasi itu awalnya, membuat saya tidak nyaman karena menabrak prinsip menulis saya. Umpamanya, "Apakah ketika  saya menulis buku"menghimpun yang Berserak" ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?" Kalau sudah ada,  apakah buku saya punya nilai tambah sehingga pembaca melirik dan membeli buku saya? Untuk kepentingan pasar, "Apakah saya bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)? dst. Terus terang, saya merasa kurang nyaman dengan interview itu. Saya merasa diam-diam mulai "dipenjara". Inikan ekspresi pribadi saya, mengapa orang lain bisa mengatur hal-hal yang sangat privasi? Menyebalkan! Begitu, oleh-oleh pulang dari interview.

 

 Saya yang tersadar mendapatkan ilmu pengetahuan lebi ketika beliau menjelaskan tentang tim yang akan menyebabkan karya saya dapat dinikmati orang banyak. Beliau menjelaskan bahwa yang menanyai saya itu mungkin editor. sebab, beliaulah garda depan yang menentukan naskah itu layak diterbitkan atau sebaliknya. Menurut teman saya itu, naskah saya sepertinya  punya potensi atau "layak" untuk diterbitkan. Tetapi sebagai pemula, karya saya memang harus dipoles di sana sini.

 

 Saya yang tersadar mendapatkan ilmu pengetahuan lebi ketika beliau menjelaskan tentang tim yang akan menyebabkan karya saya dapat dinikmati orang banyak. Beliau menjelaskan bahwa yang menanyai saya itu mungkin editor. sebab, beliaulah garda depan yang menentukan naskah itu layak diterbitkan atau sebaliknya. Menurut teman saya itu, naskah saya sepertinya  punya potensi atau "layak" untuk diterbitkan. Tetapi sebagai pemula, karya saya memang harus dipoles di sana sini.

 

 Jika nanti naskah itu bisa melewati editor, maka proses "menjadi" memang mengalami banyak hal. Ada bagian gambar sampul, ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak, dan lainnya. Yang jelas, semuanya merupakan tim saya. Kasarnya, semuanya akan menyukseskan saya, begitu teman saya meyakinkan saya.

Oleh-oleh itulah yang menyebabkan saya menindaklanjuti pertemuan dengan penerbit. Selain hal-hal yang umum tentang buku mata pelajaran yang ditulis bersama, saya mengkhususkan pikiran ke buku "Menghimpun yang berserak". Yang menenangkan, editor menceritakan bahwa semua hal menangkut buku saya selalu dalam konfirmasi. Artinya, semuanya akan terjadi jika saya setuju.

 

Demikianlah saya menjelani proses, hingga akhirnya ada proses sebelum naik cetak,  yang sangat penting dalam proses kreatif saya, yakni menerima dami atau calon buku yang sama persis jika akhirnya bisa dicetak. Saya gembira sekali menerima buku dami itu. Terus terang saking gembiranya, saya menandatangi saja kontrak kerjasama tanpa membaca persentase yang kelak saya terima. Diduga sikap itu bukan sembrono, tetapi karena memang saya menulis bukan untuk hal tersebut.

 

Akhirnya, saya mendapat konfirmasi ketika saya dapat kabar bahwa ada meeting terkait dengan terbitnya buku saya. Pertama, saya menerima buku pribadi, kalau tidak salah jumlahnya hanya 5 buku. Buku tersebut berstempel tidak diperjual belikan. Kedua, saya diajak bicara terkait dengan teknis launching Buku "Menghimpun yang Berserak". Ini soal bagaimana membuat buku saya laku. Saat itu saya sangat bodoh dan kurang dapat memberikan masukan hyang berarti. Ketiga, saya diberitahu bahwa penerbit menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada penerbitan pertama ini dan kurang lebih 6 bulan kemudian saya baru akan mendapat royaltinya. Untuk tersebut juga saya tidak pandai memberi masukan.

 

Peran saya kemudian adalah mengusahakan buku saya dapat dinikmati orang lain. Kala itu agak sulit karena media sosial belum sedasyat sekarang. kebetulan saya pembicara, saya berupaya menjual buku-buku saya pada kesempatan bicara tersebut.

 

Ada beberapa kejadian menerbitkan buku kembali, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya hingga yang menjelang terakhir buku, "Arief Rachman Guru". Semuanya mirip-mirip pengalaman dengan penerbit

 

Untuk menerbitkan buku tentu mempunyai kriteria yang dianggap layak untuk di terbitkan. Untuk buku pelajaran, biasanya mereka mencari buku:

1.       Menunjukkan penggunaan pendekatan baru

2.       Lebih lengkap

3.       Penulisnya memang berkualifikasi luar biasa

4.       Naskah renyah (enak dibaca) dan utarakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik.

 

Demikianlah rangkuman saya, semoga kita bisa mengikuti jejak pak Ukim, terimakasih pak Ukim sebagai nara sumber dan juga om jay sebagai pemandu.


1 comment: