Resume ke 19 belajar menulis online gelombang 8
Guru terbaik adalah pengalaman, hal inimenunnjukkan proses panjang yang di lewati dalam jangka waktu yang panjang untuk bisa mendapatkan hasilnya
Salah satu contohnya adalah mempelajari
kisah suksesnya menulis di penerbit mayor bersama pak Ukim komarudin.
Pak Ukim pertama berpikir bahwa merupakan ekspresi pribadi
dia saja. Oleh karena itu beliau merasa sangat penting agar memiliki tempat
mencurahkan semua kegelisahan. Dan menemukan menulis adalah sarana yang tepat. Dan dia tidak pernah kuatir,
terkait dengan kualitas tulisannya, dan juga tidak peduli apa yang menjadi
trens di masyarakat. Pokoknya menulis. Menulis adalah kebutuhan. Saya merasa
menemukan lebih tentang "saya" dengan menulis. Demikian hal itu terus
berjalan hingga jika tidak dilakukan seperti ada sesuatu yang hilang.
Demikianlah saya menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya. Apa adanya.
Selain menulis apa saja, dia juga menulis tentang pelajaran, proposal, liputan kegiatan dimajalah, buku harian, setiap saat.
Guru terbaik adalah pengalaman, hal
inimenunnjukkan proses panjang yang di lewati dalam jangka waktu yang panjang
untuk bisa mendapatkan hasilnya.
Salah satu contohnya adalah mempelajari
kisah suksesnya menulis di penerbit mayor bersama pak Ukim komarudin.
Pak Ukim pertama berpikir bahwa merupakan ekspresi pribadi
dia saja. Oleh karena itu beliau merasa sangat penting agar memiliki tempat
mencurahkan semua kegelisahan. Dan menemukan menulis adalah sarana yang tepat. Dan dia tidak pernah kuatir,
terkait dengan kualitas tulisannya, dan juga tidak peduli apa yang menjadi
trens di masyarakat. Pokoknya menulis. Menulis adalah kebutuhan. Saya merasa
menemukan lebih tentang "saya" dengan menulis. Demikian hal itu terus
berjalan hingga jika tidak dilakukan seperti ada sesuatu yang hilang.
Demikianlah saya menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya. Apa adanya.
Selain menulis apa saja, dia juga menulis tentang pelajaran,
proposal, liputan kegiatan dimajalah, buku harian, setiap saat.
Saya banyak mendapatkan pelajaran menyangkut hal-hal yang
tadinya tidak saya pikirkan. Pelajaran atau informasi itu awalnya, membuat saya
tidak nyaman karena menabrak prinsip menulis saya. Umpamanya, "Apakah
ketika saya menulis buku"menghimpun
yang Berserak" ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?" Kalau
sudah ada, apakah buku saya punya nilai
tambah sehingga pembaca melirik dan membeli buku saya? Untuk kepentingan pasar,
"Apakah saya bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)?
dst. Terus terang, saya merasa kurang nyaman dengan interview itu. Saya merasa
diam-diam mulai "dipenjara". Inikan ekspresi pribadi saya, mengapa
orang lain bisa mengatur hal-hal yang sangat privasi? Menyebalkan! Begitu,
oleh-oleh pulang dari interview.
Saya yang tersadar
mendapatkan ilmu pengetahuan lebi ketika beliau menjelaskan tentang tim yang
akan menyebabkan karya saya dapat dinikmati orang banyak. Beliau menjelaskan
bahwa yang menanyai saya itu mungkin editor. sebab, beliaulah garda depan yang
menentukan naskah itu layak diterbitkan atau sebaliknya. Menurut teman saya
itu, naskah saya sepertinya punya
potensi atau "layak" untuk diterbitkan. Tetapi sebagai pemula, karya
saya memang harus dipoles di sana sini.
Saya yang tersadar
mendapatkan ilmu pengetahuan lebi ketika beliau menjelaskan tentang tim yang
akan menyebabkan karya saya dapat dinikmati orang banyak. Beliau menjelaskan
bahwa yang menanyai saya itu mungkin editor. sebab, beliaulah garda depan yang
menentukan naskah itu layak diterbitkan atau sebaliknya. Menurut teman saya
itu, naskah saya sepertinya punya
potensi atau "layak" untuk diterbitkan. Tetapi sebagai pemula, karya
saya memang harus dipoles di sana sini.
Jika nanti naskah itu
bisa melewati editor, maka proses "menjadi" memang mengalami banyak
hal. Ada bagian gambar sampul, ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak,
dan lainnya. Yang jelas, semuanya merupakan tim saya. Kasarnya, semuanya akan
menyukseskan saya, begitu teman saya meyakinkan saya.
Oleh-oleh itulah yang menyebabkan saya menindaklanjuti
pertemuan dengan penerbit. Selain hal-hal yang umum tentang buku mata pelajaran
yang ditulis bersama, saya mengkhususkan pikiran ke buku "Menghimpun yang
berserak". Yang menenangkan, editor menceritakan bahwa semua hal menangkut
buku saya selalu dalam konfirmasi. Artinya, semuanya akan terjadi jika saya
setuju.
Demikianlah saya menjelani proses, hingga akhirnya ada
proses sebelum naik cetak, yang sangat
penting dalam proses kreatif saya, yakni menerima dami atau calon buku yang
sama persis jika akhirnya bisa dicetak. Saya gembira sekali menerima buku dami
itu. Terus terang saking gembiranya, saya menandatangi saja kontrak kerjasama
tanpa membaca persentase yang kelak saya terima. Diduga sikap itu bukan
sembrono, tetapi karena memang saya menulis bukan untuk hal tersebut.
Akhirnya, saya mendapat konfirmasi ketika saya dapat kabar
bahwa ada meeting terkait dengan terbitnya buku saya. Pertama, saya menerima
buku pribadi, kalau tidak salah jumlahnya hanya 5 buku. Buku tersebut
berstempel tidak diperjual belikan. Kedua, saya diajak bicara terkait dengan
teknis launching Buku "Menghimpun yang Berserak". Ini soal bagaimana
membuat buku saya laku. Saat itu saya sangat bodoh dan kurang dapat memberikan
masukan hyang berarti. Ketiga, saya diberitahu bahwa penerbit menerbitkan
jumlah yang diterbitkan pada penerbitan pertama ini dan kurang lebih 6 bulan
kemudian saya baru akan mendapat royaltinya. Untuk tersebut juga saya tidak
pandai memberi masukan.
Peran saya kemudian adalah mengusahakan buku saya dapat
dinikmati orang lain. Kala itu agak sulit karena media sosial belum sedasyat
sekarang. kebetulan saya pembicara, saya berupaya menjual buku-buku saya pada kesempatan
bicara tersebut.
Ada beberapa kejadian menerbitkan buku kembali, kedua,
ketiga, keempat, dan seterusnya hingga yang menjelang terakhir buku,
"Arief Rachman Guru". Semuanya mirip-mirip pengalaman dengan penerbit
Untuk menerbitkan buku tentu mempunyai kriteria yang
dianggap layak untuk di terbitkan. Untuk buku pelajaran, biasanya mereka
mencari buku:
1.
Menunjukkan penggunaan pendekatan baru
2.
Lebih lengkap
3.
Penulisnya memang berkualifikasi luar biasa
4.
Naskah renyah (enak dibaca) dan utarakan dari
hasil penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik.
Demikianlah rangkuman saya, semoga kita bisa mengikuti jejak
pak Ukim, terimakasih pak Ukim sebagai nara sumber dan juga om jay sebagai
pemandu.
di tunggu komentarnya ya
ReplyDelete