Kerja keras, disiplin dan keikhlasan dalam bekerja akan membuahkan hasil yang baik
Keberhasilan tentu di raih dengan cara yang tidak mudah,
karena di butuhkan usaha dan kerja keras. Seperti yang saya alami, mulai dari
Sekolah, mencari pekerjaan, Bekerja, memimpin Sekolah sampai mengatur keluarga.
Nama saya adalah Rasita terlahir dari keluarga yang tidak mampu dan mempunyai 4 orang saudara .
saya adalah anak pertama dari empat
saudara, jarak antara adik kakak sangatlah rapat antara 2 tahun sudah ada adek
lagi. Jadi kalau dihitung kakak beradik semuanya lima orang 2 perempuan dan 3
Laki – laki.
Saya tinggal di sebuah Desa Kecil yaitu Keluru Kecamatan
Danau Kerinci Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi, yang sekarang telah berubah
nama Kecamatannya dengan adanya pemekaran wliyah menjadi Kecamatan Keliling
Danau. Desa ini diapit oleh Sawah yang menghijau dan depannya ada Danau yang
indah, Danau ini dimanfaatkan Masyarakat atau para nelayan mencari ikan dan tidak
ketinggalan dari Bapak saya ikut memasang lukah
dan jarring ikan.
Pada tahun 1974 saya berusia
6 tahun , Bersekolah di SD Negeri 83/III Desa Keluru setelah 6 tahun bersekolah di SD ini , tibalah
saatnya ujian Akhir untuk mengakhiri
bangku Sekolah Dasar
Pada tahun 1980 saya melanjutkan Sekolah di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri Jujun, yang sekolahnya tidak jauh dari rumah sekitar 500 meter, disaat bersekolah di SMP
inilah saya mulai banyak mengenal kawan yang luar dari Desa saya dan mulai
mengenal organisasi sekolah seperti OSIS dan mengikuti banyak kegiatan dari
mulai pramuka, olah raga , Kesenian dan dan ilmu agama. Semua kegiatan saya
ikuti penuh disiplin dan bertanggung jawab, dari sinilah saya mulai dikenal
dikalangan guru dan kawan-kawan tingkatan kelas.
Tugas saya selama belajar di SMP yang di berikan oleh orang
tua, pulang sekolah adalah mencuci pakaian, bersih rumah, masak dan mengasuh
adik –adik, setiap hari saya jalani dengan penuh rasa tanggung jawab dan di
siplin, sedangkan orang tua pergi kekebun.
Hari minggu tugas saya adalah menolong orang tua di kebun,
memanen sayur dan juga ikut menanam tanaman pala wija dan malam harinya
mengikis ranting kayu manis yang sudah di potong dan dikuliti oleh orang tua
untuk di jual esoknya, sebagai belanja mingguan dan ibuk mengikat sayur –
sayuran untuk dijual.
Pada tahun 1983 saya telah menamatkan sekolah di SMPN Jujun,
dan melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas yaitu Sekolah Pendidikan Guru
(SPGN) Sungai Penuh. Yang jarak sekolah
dari rumah saya adalah lebih kurang 30 kilo meter.
Kenapa saya masuk SPG ? karena orang tua saya tidak
mampu, menurut pemikiran orang tua setelah
tamat sekolah SPG bisa langsung melamar
pekerjaan dan tidak perlu kuliah lagi karena biaya tidak ada, dan adik – adik
banyak yang mau sekolah juga.
Ketika mulai masuk Sekolah saya tinggal dikosan dengan
menyewa 1 kamar dan dihuni oleh 2 orang, guna untuk meringankan pembayaran sewa
kamar, kawan saya bernama Eliya. Biaya sekolah sering tersendat – sendat
pembayarannya karena menunggu ada uang dan kadang menunggu pinjaman dari orang,
sedangkan untuk makan saya di jatah oleh orang tua Rp 1.500 per minggu dan
beras serta sayur di kirim dari Kampung.
Saya dan teman sekamar selalu mendisiplinkan diri baik Belajar,
bangun pagi maupun membelanjakan uang seperlunya, contoh kalau kami beli ikan
berusaha di sore hari karena mengingat penjual sudah mau pulang, kalau kita
tawarkan dengan harga murah dia mau.
Kegiatan di SPG saya ikuti dengan baik dan saya termasuk
penari SPG, ketika lomba menari antar sekolah di Kabupaten saya ikut serta
sebagai peserta. Dan juga ikut penari masal untuk MTQ tingkat Kabupaten.
Dengan guru dan kawan – kawan sekelas saya sangat akrap, dan sering
membantu guru untuk menulis di Papan tulis dan juga merekap nilai yang di suruh
wali kelas.
Ketika saya duduk dikelas II SPG kami sudah mulai praktek
Mandiri, saya dapat praktek waktu itu Di SDN Pidung yang jarak dari rumah saya
sekitar tiga kilo meter. Satu kelompok
praktek mandiri 6 orang, kegitan banyak
sekali selain dari Kegiatan Proses Belajar Mengajar ada kegiatan
ekstrakurikuler diantaranya Pramuka, olah raga dan kesenian. Pramuka sangat
diminati siswa kami melaksanakan cari jejak atau heking, dengan membawa nasi
dan makan bersama.
Pada tahun 1986 saya menamatkan sekolah di SPG Negeri Sungai
Penuh, dengan mendapat ijazah yang bisa nanti saya gunakan untuk melamar
menjadi guru. Empat bulan setelah tamat saya mendapat berita bahwa ada
penerimaan calon guru di Provinsi Jambi, saya bersama teman coba berangkat ke
Jambi dengan membawa beberapa berkas, ternyata berita itu adalah bohong tidak
ada penerimaan calon pegawai untuk guru. Saya pulang kemali ke kampung halaman
dengan hati sedih.
Pada tahun 1987 ada salah satu keluarga dari Kabupaten
Rejang Lebong ibu kota Curup Provinsi Bengkulu datang ke kampung saya untuk
mencari keluarganya, beliau bernama Syaripah. Syaripah adalah anak bungsu dari nenek kami yang
hilang sekitar 50 tahun yang lalu ketika masih bujang.
Syaripah ini pernah sakit berat dan susah di sembuhkan dan
beliau berniat kalau dia sehat atau sembuh akan mencari keluarga bapaknya di
Kerinci. Syaripah datang dengan modal membawa Ranji yang telah di persiapkan
oleh bapaknya ketika masih hidup. Singkat cerita bahwa Syaripah datang ke Kerinci dengan menaiki truk dan kesasar
sampai di Kecamatan Gunung Raya, untungnya pak supir orang baik dan dia diantar
lagi ke Alamat yang benar.
Lewat Syaripah inilah saya mendapat berita bahwa di Provinsi
Bengkulu masih membutuhkan tenaga guru dan tidak lama lagi akan ada tes calon
pegawai negeri untuk guru. Nah saya
mempersiapkan berkas lagi kami berempat dengan keluarga yang semuanya tamatan
sekolah guru yaitu Yus, Baidah, Erni dan saya sendiri berangkat ke Curup Rejang
Lebong.
Sampai dicurup terasa dingin sekali waktu itu jam menunjuk
pukul 4.00 pagi, kami istirahat dan tidur sejenak. Siang harinya kami
melanjutkan perjalanan menuju kota Bengkulu sekitar 3 jam kami sudah sampai dan
menginap dirumah pak Syaidina Aksar beliau juga orang Kerinci.
Masih menunggu jadwal Penerimaan ada beberapa bulan lagi,
kami terpaksa mengontrak rumah tinggal berempat, disini kami harus berhemat
karena kami bertiga berasal dari
keluarga tidak mampu sedangkan Yus dari keluarga yang mampu.
Cerita lucu mau puasa bikin cendol untuk tidak banyak makan
gula kami beli sari manis, sari manis ini hanya sedikit dimasuk sudah manis
ternyata lain dengan Yus karena tidak terbiasa Makai sari manis , sehingga satu
kantong sari manis dimasuk semua kedalam cendol sehingga cendol menjadi pahit.
Jadi apa yang mau dikata kami semua ketawa, inilah perbedaan oaring kaya dengan
orang miskin, orang miskin banyak mengerti bagaimana bisa membagi uang yang
sedikit.
Tepatnya di bulan Oktober pengumuman penerimaan CPNS baru
khusus untuk Pegawai Guru sudah di buka, kami berbondong – bondong memasukkan
lamaran, alhamdulilah lamaran dapat dimasikkan dan tesnya pun kami jalani
dengan lancer dan aman.
Pada bulan November buka lagi penerimaan di Provinsi Jambi,
sayapun ikut melamar disana, kami hanya beberapa orang saja yang ikut di
Provinsi Jambi, dan saya berpikir seandainya saya lulus dua-duanya, saya akan
memilih Bekerja di Provinsi Bengkulu karena alasan ingin merantau.
Setelah pengumuman keluar ternyata saya tidak lulus baik
yang di Provinsi Bengkulu maupun yang di Provinsi Jambi. Saya sangat sedih
sekali hamper satu tahun setengah saya sudah mengangur tidak ada pekerjaan,
hanya duduk dirumah saja tersa bosan.
Pada tahun 1988 kembali lagi pengumuman penerimaan CPNS
guru, saya tidak bosan dan tidak kecewa walaupun ada keluarga yang tidak boleh
lagi saya berangkat tes, namun saya nekat berangkat. Kenapa keluarga tidak
boleh lagi ikut tes karena tidak ada biayanya.
Sejarah yang tidak bisa saya lupakan, mau berangkat tidak
ada uang, orang tua saya menjual bilik Padi dengan harga Rp 25.000. uang Rp
25.000,- inilah bekal saya berangkat untuk onkos mobil Rp 10.000,- jadi tersisa
Rp 15.000 lagi untuk modal saya bertahan di tempat orang.
Sampai Di Bengkulu saya langsung kerumah pak Syaidina yang
saya anggap sebagai orang tua angkat, dan saya melengakapi semua berkas dan
langsung memasukkan lamaran tidak begitu lama tes langsung dilaksanakan.
Sambil menunggu pengumuman, saya tidak pulang kampung
mengingat biaya tidak ada, sayapun bertekat seandainya tidak lulus saya tidak
akan pulang kampung ingin mencari pekerjaan apa saja yang penting halal. Dan
saya juga di rumah pak Syaidina tetap rajin membantu istrinya, memasak, membersih
lantai rumah, mencuci, angkat jemuran serta menyetrika pakaian keluarga pak
Syaidina.
Hal – hal yang positif saya kerjakan di rumah pak Syaidina
sehingga keluarga beliau sangat sayang
dengan saya, sampai – sampai kakek atau orang tua dari pak Syaidina itu sangat
sayang dengan saya, buktinya ketika beliau operasi mata dia ingin saya yang menyuap
makan.
Setelah satu bulan saya menunggu keluarlah pengumuman,
Alhamdulillah nama saya ada didaftar peserta yang lulus sebanyak 250 orang.
Saya merasa senang dan gembira berita ini langsung saya sampaikan dengan orang
tua saya lewat talegram waktu itu.
Peserta yang lulus di minta melengakapi bahan untuk di
ajukan SKnya, saya segra mempersiapkan berkas dan saya antar ke pegawaian di
kantor Gubernur Bengkulu. Saya merasa lega semua persyaratan sudah saya
lengkapi, tinggal menunggu SK lagi.
Bulan Ramadhan akan datang, saya langsung pamit dengan pak Syaidina bahwa
saya akan pulang kampung untuk melaksanakan ibadah puasa bersama orangtua
sekaligus menunggu SK keluar. Pak Syaidina mengizinkan sedang dana ongkos untuk
pulang masih tersisa sekitar Rp 5000 lagi jadi ongkos untuk pulang tidak ada,
saya dikirimi lagi uang sama orang tua untuk ongkos mobil. Nah tanpa menunggu
lama saya pesan mobil dengan loket Anak Gunung.
Selama bulan ramadhan saya berada dirumah dan menjalankan
ibadah puasa bersama orang tua dan adik – adik, pada bulan syawal atau lebaran
idul fitri saya mendapat kabar bahwa SK kami sudah keluar dan boleh diambil.
Selesai lebaran saya berangkat ke Bengkulu untuk mengambil
SK yang di temani oleh ibuk . esok harinya saya sudah samapi di Bengkulu dengan
perjalanan 2 hari satu malam, karena kondisi jalan arah Bengkulu masih jelek
dan baru pengerasan belum ada aspal, sekalipun ada yang aspal Cuma beberapa kilo
saja itupun aspal tipis dan sudah rusak juga.
Saya pergi kekantor Bupati Bengkulu utara untuk menjemput SK
yang di temani oleh ponaan dari pak Syaidina yang masih sekolah di pasantren.
Kenapa saya mengambil SK di Kantor Bupati Bengkulu utara? Karena saya melamar
dulu khusus untuk jatah Bengkulu utara.
Betapa kagetnya saya melihat SK penempatan saya no urut 1 di
SD Negeri 19 Sungai Ipuh II Kecamatan Mukomuko Utara Kabupaten Bengkulu utara.
Daerah sungai Ipuh itu adalah desa yang masuk tertinggal dan lokasinya berada
di kawasan hutan lindung.
Saya berangkat ke mukomuko untuk melaporkan SK, yang di
temani oleh ibuk saya dititipkan oleh pak Syaidina dengan temannya yang
bertugas di Mukomuko, paginya saya disuruh teman pak Syaidina untuk bersiap –
siap berangkat kekantor Kancam untuk melapor dulu dengan pimpinan cabang dinas
pendidikan Kacamatan Mukomuko utara. Saya dikenalkan oleh pak Kancam dengan
pengawas pak RUSLI namanya.
Pak Rusli diminta oleh Pak Kancam untuk mengantar saya ke SD
Negeri 19 Sungai Ipuh II, sayapun berangkat dengan naik motor yang jaraknya
dengan ibu kota Kecamatan adalah 47 km.
Setelah beberapa kilo meter perjalanan yang di lewati saya
melihat kiri kanan jalan cukup lumayan bagus termasuk jalan aspalnya juga
bagus, kira – kira 30 kilo meter sudah di lewati saya mulai ketemu jalan aspal
yang kasar atau kurang bagus kiri kanan padang Sawit.
Memasuki kilo meter ke 40 kami ketemu simpang tiga disana
pak Rusli mengambil arah ke kanan, nah saya mulai kaget dan cemas jalan mulai
jelek, jalan tanah kiri kanan semak belukar kadang daun ilalang menyentuh kaki
saya.
Rasa takut semakin tinggi dan cemas juga dengan pak Rusli
kalau dia bukan orang baik nanti saya di perkuasa di tengah hutan, satu persatu
desa mulai di temukan, kata pak Rusli sambil menyupir di Kecamatan Mukomuko
Utara desa yang paling ramai adalah Sungai ipuh.
Tapi walaupun dia berbicara seperti itu saya tetap juga
kuatir karena yang di lewati adalah hutan, terbesit di benak saya kalau memang
tidak cocok dan mengkuatirkan saya mengundur diri saja jadi PNS. Dalam berpikir
dan menghayal tadi tak terasa kami sudah sampai di depan SD Negeri 19 Sungai
Ipuh II.
Pak Rusli berhenti dan memarkirkan motornya di depan
perumahan guru, beliau memanggil kepala sekolah tapi tidak ada yang menjawab,
kata pak Rusli ayoo kita pergi keujung Desa sana ada kegiatan desa sehabis
lebaran pertandingan Bola Kaki antar desa. Saya mengikuti saja apa yang di
sarankan oleh Pak Rusli.
Sesampai di Lapangan Pondok Baru namanya, memang ramai saya
di temui oleh tokoh masyarakat namanya pak Badri beliau adalah perawat. Pak
Badri bercerita dengan saya memakai bahasa daerahnya saya kaget kok bahasa
hamper sama dengan bahasa Kerinci.
Mendengar bahasa yang tidak begitu beda dengan daerah saya,
saya menjadi punya kekuatan dan semangat untuk tetap melapor SK dan
menjalaninya, walaupun tadi pikiran saya sedikit berubah. Saya merasakan bukan
merantau tapi ada di daerah sendiri tempat tugas saya.
Dengan kekuatan bahasa daerah tadi saya menjadi termotivasi
untuk tetap dengan pendirian ingin menjadi guru yangprofesional. Saya di beri
tugas oleh kepala sekolah memegang kelas III dengan jumlah personil guru dan
staf ada 9 orang, terdiri dari guru kelas 6 orang, 1 kepala sekola, 1 penjaga
sekolah dan satu guru olah raga.
Karena saya guru baru tentu banyak sekali kekurangan tetapi
saya selalu belajar dengan kepala sekolah dan guru senior, suatu hari saya di
kagetkan dengan seorang murid namanya Apri. Apri ini termasuk murid yang
terkenal nakal dan sering tidak masuk sekolah bahkan, sering betul melawan pada
guru. Kali ini dia rajin dan nurut dengan saya, saya bertanya kepada dia kenapa
kamu rajin dan nurut sama ibuk, jawabnya cukup singkat karena ibuk masih gadis
he he he he saya terkikik – kikik ketawa mendengar jawabanya.
Beberapa tahun kemudian, Satu persatu mulai banyak guru yang
mutasi keluar dari daerah tersebut, karena tidak betah lingkungannya yang masih
awam, akses jalan pun kurang bagus, semua bahan pokok mahal.
Jadi tinggallah kami tiga orang lagi, 1 kepala sekolah dan 2
orang guru. Kamipun berbagi tugas kepala sekolah mengajar kelas 1 dan II, saya
mengajar kelas III dan Iv sedangkan pak Suyadi mengajar kelas V dan VI. Dengan
usaha dan upaya yang da tetap kami lakukan yang penting Pembelajaran tetap
berlangsung.
Setelah enam bulan saya bertugas saya mendapat jodoh disana
seorang PLKB namanya Elmustaf dia adalah anak yatimpiatu, saya merasa tertarik
dengan status tidak punya orang tua disamping rasa cita, saya berpikir orang
ini pasti mandiri dan dewasa.
Ada yang unik lagi setiap hari pasar dan musim kesawah serta
musim durian muridnya sedikit yang hadir, mereka pergi kepasar, kesawah dan
cari durian. Namun kelas saya tetap saya disiplinkan supaya tetap berangkat
alhamdulilah kelas yang saya pegang tetap jalan dengan normal dan baik.
Untuk menjalani tugas ganda dalam mengajar ini adalah hal
yang biasa saya jalani, saya tidak pernah mengeluh dan meninggalkan sekolah,
saya adalah guru penghuni tetap didaerah itu sebab liburpun saya tidak keluar
dan tidak berlibur di kampung dari desa tersebut sekalipun itu lebaran. Saya
tetap berlebaran di desa Sungai ipuh.
Tak terasa sudah lima tahun saya mengabdi di desa
tertinggal, selama saya tinggal di desa ini semua kegiatan warga saya selalu
mengikuti baik masalah PKK, karang taruna dan kegiatan keagamaan selalu saya
ikuti mana yang saya bisa tak segan – segan saya berbagi ilmu dengan pemuda
pemudi termasuk ibuk – ibuk.
Lima tahun setengah saya mengabdi disana dengan dikarunia
satu orang putri, suami pindah tugas kedesa Penarik sekitar 17 kilo meter,
otomatis saya mengikuti juga dan saya di tempat tugaskan di desa Saribulan SD
Negeri no 24 Saribulan.
Di SD Negeri 24 Saribulan saya bertugas hanya sebelas bulan,
karena hati atau bathin saya menolak. Sekolah ini agak kurang disiplin,
terbukti Saya berangkat pagi ternyata sekolah belum di buka dan istirahat
terlalu lama. Saya malu dengan masyarakat dan takut dengan tuhan karena tidak
menjalankan tugas denagan baik.
Saya kembali mendatangi Kancam untuk minta di mutasi lagi ke
sekolah yang lebih disiplin, maka saya ditempatkan di SDN 14 Penarik disinilah
hati saya mulai lega dan senang. Saya selalu berangkat pagi – pagi sekitar jam
7.00 saya sudah berada disekolah dan membantu siswa piket rutin saya jalani
setiap hari.
Pulang sekolah saya, suami dan anak berangkat kekebun bekerja menanam sawit, sambil menunggu sawit besar kita tanam juga palwijaya, saya tidak kaku untuk menjadi petani karena waktu sekolah sudah terbiasa membantu orang tua di kebun
Singkat cerita 10 tahun sudah saya mengabdi di sekolah ini
dengan mengajar menjadi guru kelas satu dan guru kelas dua dengan total jumlah
murid 141 orang terdiri dari kelas satu 72 orang dan kelas dua 69 orang, alhamdulilah semua berjalan lancar
dan murid kelas satu semuanya berasal dari rumah tangga belum tau dengan
membaca, menulis, dan berhitung akhirnya bisa Cuma dua orang yang masih perlu
di bombing ulang.
Tahun 2005 saya di pindahkan oleh kepala sekolah kekelas
jauh yang berada di PT Agro Muko. PT ini
mengurus perkebunannya Sawit
maupun pabrik minyaknya. Sedangkan wali
murid disana adalah usia subur.
Kelas jauh ini didirikan karena murid di SD negeri 14 yang
sekarang menjadi SD negeri 3 Teras Terunjam karena ada pemekaran wilayah
kecamatan tahu 1999 dan mekar lagi di tahun 2009 menjadi SDN 01 Penarik,
terlalu banyak hampir mencapai 800 orang.
Saya memimpin kelas jauh ini sama saja memimpin satu sekolah
yang utuh kenapa, muridnya mencapai 300 orang ruang kelas ada 12 dan guru
semuanya lengkap yang di bantu oleh perusahaan. Dengan modal ini saya bertekat
untuk mengembangkan Sekolah kelas jauh ini menjadi maju.
Pada tahun 2008 saya mengirimkan utusan untuk lomba tingkat
Kecamatan, hasilnya mendapat juara 1 dan berhak mewakili Kecamatan untuk
ketingkat Kabupaten, alhamdulilah sampai di Kabupaten mendapat juara 1lagi dan
berhak pula mewakili kabupaten berlomba di tingakat Provinsi.
Kegiatan lomba baik itu LCC, MIPA, Pidato, Da’I cilik selalu
menjuarai dari mulai tahun 2008 sampai tahun 2017 dan seallu menjadi wakil kabupaten ketingkat
Provinsi.
Pada tahun 2009 tepatnya tanggal 31 oktober Kelas jauh ini
resmi berdiri yang dikukuhkan oleh Bupati ikhwan yunus menjadi SD Negeri 14
Penarik. Dan saya diangkat menjadi Kepala sekolah tanggal 25 Pebruari 2010.
Pada tahun 2012 saya terpilih menjadi kepala sekolah
berprestasi tingkat kabupaten, guru fevorit tingkat Provinsi. Pada tahun 2015 Sekolah
yang saya pimpin mendapat penghargaan dari Bupati sebagai berprestasi dan
Sekolah Adiwiyata serta sekolah Penguatan Pendidikan Karakter tahun 2016. Dan
menjadi sekolah Adiwiyata Provinsi tahun 2017. Kemudian saya di mutasikan ke SD
Negeri 16 Penarik.
Bertugas di SD Negeri 16 Penarik dimulai tanggal 22 November
2017 dengan kondisi Sekolah belum terkreditasi, sarana kurang gurupun kurang
serta muridpun sedikit, sekolah ini tergolong sekolah baru, kecil dan belum
maju.
Saya sekuat tenaga membenahi sekolah ini dengan kondisi awal serba
kurang dan lingkungan kurang terawat disiplinpun juga kurang berjalan.
Keadaan dulu
Keadaan Sekarang
Lingkungan sudah saya benahi saya berangsur – angsur
membenahi kedisiplinan, biasanya guru sering minta izin kadang terlambat datang
alahamdulilah semua bisa berubah, jam 7.00 kegiatan sudah di mulai terutama
menerapkan literasi atau karakter. Tidak begitu butuh waktu lama sekolah ini
sudah menjadi Sekolah adiwiyata kabupaten, dengan didukung oleh penghargaan
dari Bupati
Sembilan bulan kemudian SD negeri 16 Penarik sudah
terakreditasi dengan peringkat B nilai 84. Dan satu tahun kemudian terpilih
sebagai Sekolah model atau SPMI dari LPMp Bengkulu. Dengan modal kerja keras
dan disiplin alhamdulilah dalam jangka satu tahun membina sekolah ini sudah
menunjukkan keberhasilannya.
Prestasi siswa bidang pembelajaran juga sudah mulai Nampak
dengan menjadi juara II LCC tingkat Kecamatan. Juara MIPA bidang IPA juara I
dan juara 1 Lomba Pidato tinkat Kabupaten
Untuk
keluarga saya juga selalu mendisiplin anak, mulai dari cara belajar, bekerja
membantu orang tua serta menggunakan uang jajan. Terbukti dengan anak yang
pertama telah menjadi seorang Dokter umum yang kini sudah mengelola satu klinik
sendiri
Dan anak yang kedua juga calon Dokter gigi yang sedang coas pada
semester terakhir, kadang saya tidak mengira bahwa saya bisa menyekolah anak di
kedokteran, karena mengingat saya pegawai rendahan seorang guru SD dan suami
staf biasa di kantoran, serta orang tua miskin.
Kemudian
anak pertama sudah menikah dengan suaminya juga
seorang Dokter, alhamdulilah saya bersyukur sekali dengan kedisipilanan,
kerja keras dan ke ikhlasan dalam bekerja tadi inilah keberkahan yang di
berikan oleh allah dengan saya, pernah saya menangis melihat anak saya memakai
baju putih pergi ke Puskesmas diwaktu dia intership. Saya tidak mengira saya
bisa, menyekolahkan anak sampai menjadi dokter. Mengingat nasip
saya ketika sekolah dulu untuk makan saja sulit orang tua memenuhinya.
Anak dan menantu
inilah cerita inspiratif saya dengan menerapkan kedisiplinan, kerja keras dan keikhlasan akhirnya berbuah manis.
Ditunggu komentarnya
ReplyDelete