Bersama Nara Sumber Bapak Agung Pardini, bekerja sebagai GM
Sekolah Kepemimpinan Bangsa yang mengelola Bestudi ETOS.ID dan Beasiswa Aktivis
Nusantara (BAKTI NUSA)
Bapak agung mempunyai
kegiatan yang begitu banyak, terbukti di beberapa postingan dibawah ini:
MENULIS ARTIKEL
MENULIS BUKU
PEMBICARA/NARASUMBER (Non-Training)
PEMATERI PELATIHAN GURU (Public Training
Untuk lebih jelasnya kita bisa membaca atau berkunjung ke
web dan blognya, Berikut ini adalah web-nya
Kita terbiasa untuk mengajak para guru-guru yang mengabdi di
daerah-daerah pelosok untuk menulis dan berkarya. Di tengah keterbatasan
kondisi geografis dan budaya, aktivitas menulis dan berkarya ini memiliki
tantangan sendiri buat para guru-guru di sani. Terdapat beberapa kendala:
1. Gaya bahasa, ada beberapa istilah Bahasa Indonesia yang
dimaknai secara berbeda di daerah.
2. Penggunaan komputer, banyak yang belum mengenal MS Office
3. Listrik, di beberapa wilayah hanya menyala di malam hari.
4. Ejaan yang (belum) disempurnakan
Nah bagaimana cara kita mengatasi kendala ini?
Salah satunya adalah dengan model pendampingan intensif.
Secara sabar para konsultan dan guru-guru relawan akan
melakukan pendampingan dan bimbingan selama kurang lebih setahun.
Tentu ini bukan tugas yang mudah. Butuh kesabaran dari para
relawan.
Dompet Dhuafa sendiri dibangun oleh para jurnalis senior
Republika di era-era awal. Sehingga setiap program yang kami kerjakan buat
pemberdayaan guru di daerah harus memiliki produk buku atau tulisan.
Ada beberapa ragam jenis kegiatan menulis dan berkarya yang
biasa kita berikan kepada guru-guru di pelosok.
Outputnya tidak harus buku, ada yang berbentuk PTK, jurnal,
media pembelajaran, puisi, dan lain sebagainya
Berikut contoh-contohnya
Nah buku ini adalah kumpulan tulisan dari para guru terkait
dengan inovasi pembelajaran yang telah mereka hasilkan, baik dalam bentuk
inovasi metode ataupun media.
Ini murni diangkat dari
pengalaman-pengalaman merek
Kalau ini kurang lebih mirip dengan buku yang di atas.
Terkait dengan percetakan, alhamdulillah semua dibiayai oleh
donasi zakat yang dikelola oleh Dompet Dhuafa.
Buku-buku ini tidak diperjual belikan. Namun akan dibagikan
secara gratis buat guru-guru di daerah lain yang membutuhkan.
Ahamdulillah buku-buku ini dapat memberi manfaat dan masukan
bagi inovasi pembelajaran di daerah lain.
Kami punya genre buku-buku yang lain. Sifatnya adalah
kisah-kisah inspiratif dari para pejuang muda pendidikan yang mengabdi sebagai
guru-guru di daerah pelosok.
Berikut contohnya
Dua buku bercerita banyak tentang pengalaman para guru-guru
muda yang mengajar hingga ke pelosok negeri.
Ada yang di kepulauan
Ada yang di hutan dan pegunungan
Dan ada yang di pelosok kampung
Pernah ada guru muda kami yang meninggal dalam tugas di
penempatan.
Dan saat sebelum meninggal, beliau sempat menulis pada buku
di atas (warna coklat).
Akhirnya nama beliau kami abadikan menjadi nama sebuah
penghargaan bagi guru-guru terbaik SGI.
Jamilah Sampara Award
Hampir semua buku-buku yang kami terbitkan adalah antologi,
nulis bareng-bareng.
Nah bagaimana cara mengajarkan guru-guru kami menulis?
Kami punya cara yang unik.
Yakni dengan menulis "Jurnal Perjalanan Guru"
Jurnal ini wajib dikerjakan oleh setiap guru yang sedang
mengikuti proses pembinaan di kampus SGI.
Setiap malam mereka harus menulis pengalaman mereka selama
si siang hari. Modelnya bisa macam-macam. Ada yang curhat, sampai ada yang
membahas suatu teori kependidikan dan kepemimpinan.
Setelah pagi tiba, sebelum beraktivitas dalam pembinaan,
semua jurnal tasi dikumpulkan untuk diapresiasi dan ditanggapi.
Jadi ini bisa jadi semacam refleksi dan evaluasi.
Ini mirip sekali dengan kebiasaan menulisnya Om Guru Wijaya
Kusuma, yang senang menulis cerita harian di group ini...
Melalui jurnal ini, kita pun para pengelola dan dosen jadi
tahu ttg perasaan dan pikiran yang tengah bergejolak di hati mereka.
Jika ada perasaan hati yang negatif, kita bisa langsung
coaching atau konseling.
Ada yang rindu keluarga, ada yang sakit hati... macam-macam
ceritanya.
Kebiasaan menulis jurnal harian ini, Guru jadi terlatih buat
menulis.
Namun ini tentu tidaklah cukup, harus ada upaya lain, yakni
banyak-banyak membaca.
Kalau gak banyak baca, ya gak bakal banyak menulis.
Ini melatih kepekaan literasi mereka.
Makanya kita adal bedah buku rutin. Ada yang harian, ada
yang pekanan.
Dalam proses pembinaan guru di SGI, setiap pagi kita ada
apel.
Yang bertugas sebagai pembina apel (bergantian), dialah yang
akan memberi kajian bedah buku.
Gak harus yang berat-berat, novel pun bisa.
Selain bedah buku, untuk memantau kemajuan bacaan para guru,
setelah apel biasanya ada aktivitas "Semangat Pagi".
Yakni memberi motivasi secara bergantian, dengan menggunakan
kata-kata yang dinukil dari para tokoh.
Ini efektif juga buat meningkatkan kepekaan literasi buat
para guru.
Kami sangat percaya bahwa menulis buat para guru adalah
lompatan dan percepatan peningkatan kapasitas, kompetensi, dan rasa percaya
diri.
Halo Sahabat Pendidikan, yuk tambah pengetahuan dengan
mengunduh materi-materi terbaru dari para pegiat pendidikan Indonesia. Ada
pembahasan menarik tentang kepemimpinan, parenting, sampai bagaimana langkah
kita menghadapi Covid-19 yang ditulis oleh Ust. Harry Santosa, Sri Nurhidayah,
Ivan Ahda, Asep Sapa'at, dan Guru Agung Pardini. Selain itu, Sahabat Pendidikan
juga akan mendapatkan bonus
Guide Book Ramadan Sekolah Guru Indonesia
Kami juga mengajak Sahabat Pendidikan berbagi kebahagiaan
dengan siswa yatim dan marjinal dengan berdonasi baju lebaran untuk mereka
melalui tautan http://etahfizh.org/campaigns/baju-lebaran/
Saran saya, untuk para guru yang senang menulia buku seperti
ini, sebaiknya model marketingnya adalah lewat jaringan komunitas. Ini lebih
mudah dijual.
Sebagai misal, kalau di SGI, kita memfasilitasi penjualan
buku-buku para member untuk ditawarkan kepada sesama member. Ditawarkan pake
pre-order dulu, bukan ready stock. Jadi pencetakan disesuaikan dengan pesanan.
Kalau buku-buku yang diterbitkan oleh Dompet Dhuafa sendiri
biasanya dibagikan (gratis) buat para
guru2 lain.
Saya coba simpulkan
1. Saya pribadi merasa bahwa merangkai kata dalam bentuk
tulisan ini bukan pekerjaan mudah. Kita mesti bersabar. Kalau mau lancar harus
banyak membaca dulu.
2. Cobalah menulis dengan apa yang sering kita pikirkan,
kita lakukan, dan yang sering kita katakan. Buat mencari ide, butuh teman
diskusi, butuh temen nongkrong setia, butuh komunitas.
3. Menulis ini melatih ketajaman pikiran dan memperhalus
budi pekerti. Maka menulislah, maka engkau "ada".
Terima kasih pak agung atas ilmunya, insha allah yang sudah
saya rangkum saya coba praktekkan di kegiatan sehari – hari.
Ditunggu Komentarnya
ReplyDeleteMantap..udah selesai bu
ReplyDeleteTerima kasih
DeleteKeren udah srkesai
ReplyDeleteMau ngalahkan seniornya .... he he he ... terima kasih pak
Delete